Strategi Pemerintah Indonesia untuk Mengatasi Permasalahan Ekonomi di Balik Wabah COVID-19
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
HIMPUNAN MAHASISWA EKONOMI ISLAM
(HIMAEKIS)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Hai Sahabat Ekonom Rabbani!!
Kembali lagi dalam MIMBAR EKIS,selanjutnya kita akan membahas mengenai hakikat:
“Strategi Pemerintah Indonesia
untuk
Mengatasi Permasalahan
Ekonomi di Balik Wabah COVID-19”
Oleh:
Siti Muallifatus Syifa; B1061181039; Ekonomi Islam; Semester 4; Kelas A
Dunia saat ini digemparkan dengan penyebaran wabah virus
corona atau COVID-19 yang berasal dari China. Akibat virus ini banyak penduduk
China dan beberapa dari negara lainnya meninggal dunia. Perekonomian China
mulai mengalami keterpurukan yang disebabkan banyaknya perusahaan yang harus
tutup. Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia
dan merupakan mitra dagang utama Indonesia, maka terganggunya perekonomian
China akan mempengaruhi perekonomian dunia termasuk Indonesia. Laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika
ekonomi China mengalami penurunan sebesar 1-2%, maka akan berdampak pada
menurunya ekonomi Indonesia sebesar 0,1-0,3%.
Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization) telah menetapkan status gawat darurat global
untuk wabah virus corona. Melihat kondisi seperti ini dunia menjadi waspada
akan wabah virus ini. Tidak hanya waspada terhadap penyebaran penyakitnya saja
akan tetapi juga waspada terhadap dampak yang terjadi terhadap perekonomian
dunia.
Melihat keadaan
sekarang ini ada pun dampak virus corona terhadap perekonomian khususnya di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Kelangkaan Barang Kebutuhan Pokok
China merupakan sebagai penyuplai utama impor barang-barang baku dan
barang-barang kebutuhan pokok Indonesia. Kelangkaan impor barang dapat mengkontraksi
kemampuan industri untuk berproduksi dan menciptakan nilai tambah. Oleh karena
itu apabila ini terjadi dalam jangka waktu panjang hal ini akan berdampak
negatif pada perekonomian Indonesia. (Katadata Indonesia, 21 Maret 2020)
Faktanya: Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyatakan
pasokan kebutuhan bahan pokok di pasar mulai menurun. Jika hal ini terjadi
terus menerus, khawatir akan terjadi kelangkaan barang. Hal ini akan berdampak
harga barang menjadi mahal.
2.
Derasnya Capital Outflow (Arus Modal keluar dari Pasar Modal) dalam Sektor
Keuangan
Dapat dilihat pada grafik di bawah ini bahwa Indek Harga Saham Gabungan
(IHSG) turun ke level 4.895, terendah sejak 2016. Pergerakan IHSG merupakan
dampak dari penyebaran virus corona. Karena ekonomi sedang memburuk maka para
investor menarik uangnya alias menjual sahamnya sehingga saham kembali turun
bahkan anjlok. Adapun sepanjang penyebaran COVID-19 IHSG cendrung berada di
zona merah. Jika dibandingkan dengan awal tahun, IHSG turun hingga 22,28%.
3.
Melemahnya Perekonomian Indonesia dalam Sektor Industri
Berikut adalah lima produk terbanyak yang didatangkan dari China sepanjang
tahun 2019:
·
Impor mesin : USD 1,07
Triliun
·
Perlatan & Pendingin
Ruangan : USD 1,66 Triliun
·
Mesin Proses Data : USD 1,7 Triliun
·
Telekomunikasi : USD 4,49
Triliun
·
Mesin Listrik : USD
1,06 Triliun
Sementara, untuk saat ini telah kita ketahui bahwa
pabrik-pabrik di China sekarang masih terkendala produskinya akibat wabah virus
corona ini. Sedangkan ketergantungan Indonesia terhadap China untuk bahan baku
mencapai 20%. Itu artinya apabila produksi dari pabrik China terganggu maka
sektor industri Indonesia akan melemah. Adapun fakta mengatakan bahwa hasil PBD
Indonesia sebesar 19,7% berasal dari sektor industri. (CNBC Indonesia, 9 Maret
2020)
Melihat dampak yang terjadi akibat adanya wabah COVID-19
ini, terdapat beberapa teori yang bisa digunakan untuk mengatasi dampak atau
permasalahan tersebut. Teori yang digunakanan adalah teori yang tergandung
dalam penjelasan “Peran Pemerintah
terhadap Perekonomian”.
Pemerintah Indonesia tentunya memiliki strategi untuk
mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi akibat munculnya wabah COVID-19
ini, di antara strategi pemerintah adalah sebagai berikut:
1.
Menurut Teori Jangka Pendek
-
Pemerintah harus tetap
menjaga kestabilan harga, yaitu berkaitan dengan relaksasi impor untuk
kebutuhan bahan baku, kebutuhan industri, dan juga kebutuhan barang-barang
konsumsi.
-
Menjaga stok pangan, stok
kebutuhan pokok, dan stok bahan industri agar tetap ada dan tidak kehabisan.
-
Memberi izin impor untuk
komoditas yang sangat diperlukan.
2.
Menurut Teori Jangka Menegah
-
Mencari pasar
ekspor-impor baru selain Tiongkok
-
Melakukan intervensi
kebijakan baik fiskal maupun moneter
Dalam hal ini
daya beli masyarakat akan terdampak jika ada shock dari sisi demand atau harga
yang meningkat, oleh karena itu pemerintah dalam kebijakan fiskal dapat
mengeluarkan Kartu Pra Kerja dan mengeluarkan Bantuan Tunai Langsung (BLT)
supaya kelompok yang paling rawan dalam perekonomian tidak berdampak cukup
serius.
3.
Menurut Teori Pricing Policy
Pemerintah berperan meregulasi harga dengan cara intervensi pasar,
penetapan harga atau mendorong kebijakan diskriminasi harga untuk kelompok
masyarakat, daerah, atau sektor tertentu yang dipandang merupakan kepentingan
publik.
Dilihat dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
China merupakan mitra dagang terbesar di dunia, sehingga apabila perekonomian
China mengalami penurunan, hal tersebut
juga akan berdampak menurunya perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Untuk mengatasi permasalah yang terjadi akibat menurunnya perekonomian
Indonesia, pemerintah tentu memiliki strategi untuk mengatasi permasalahan
tersebut, sehingga masyarakat tidak perlu panik ataupun khawatir terhadap
permasalah ekonomi ini. Adapun strategi yang dilakukan pemerintah adalah di antaranya
sebagai berikut: (1) Tetap menjaga kestabilan harga yang berkaitan dengan
impor, (2) Menjaga stok kebutuhan pokok agar tidak kehabisan, (3) Mencari pasar
ekspor-impor baru selain China, (4) Melakukan intervensi kebijakan fiskal
maupun moneter, dan (5) Melakukan pricing policy.
Adapun hikmah yang dapat diambil dibalik wabah COVID-19
ini adalah mengajarkan Indonesia untuk menjadi mandiri, stop impor, belajar
untuk menghargai hasil bumi sendiri serta menyadari bahwa mulai dari sekarang
hendaknya Indonesia bisa memperluas jangkauan investasi, tidak hanya bergantung
pada China.
Referensi:
Katadata.co.id.
“ISHG Anjok, Terendah Sejak 2016”. 12
Februari 2020, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/03/12/ihsg-anjlok-terendah-sejak-2016, diakses: 27 Maret 2020
Budiyanti,
Eka. “Dampak Virus Corona terhadap Sekor Perdagangan dan Pariwisata”. Info
Singkat: Vol.XII, No.4/II/Puslit/Februari/2020.
CNBN
Indonesia, “Ada Corona, Ekonomi RI
Terancam Merana”. 9 Maret 2020, https://www.youtube.com/watch?v=eFj-mQwM0xk, diakses: 28 Maret 2020
Katadata
Indonesia. “Gambaran Ekonomi Indonesia
Akibat Pandemi Corona”. 21 Maret 2020, https://www.youtube.com/watch?v=1aLgUhd1AF0&t=160s, diakses: 29 Maret 2020
Pontianak, 30 Maret 2020
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Komentar
Posting Komentar