ADAB DAN AKHLAK SAHABAT
THALHA BIN UBAIDILLAH


PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat  Allah SWT, Karena atas izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Adab dan Akhlak Sahabat Thalhah bin Ubaidillah. Sholawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada kekasih Allah SWT, Muhammad SAW.
            Makalah Pengembangan Adab dan Akhlak ini merupakan salah satu tugas mata kuliah jurusan Ekonomi Islam yang disampaikan secara berdiskusi, yang mana bertujuan untuk membantu para mahasiswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
Tentunya di dalam makalah ini terdapat begitu banyak kekurangan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat segera diselesaikan.

Pontianak,26 Oktober 2016


Kelompok 3
           









BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Siksaan dan intimidasi mengiringi jalan keislaman Thalhah. Thalhah adalah orang yang keempat yang memeluk islam. Thalhah sudah berdagang sejak remaja. Ia sering ikut dalam rombongan niaga ke Syam dan Yaman. Kecerdasan Thalhah mendukung kariernya itu. Keuntungan berlimpah ia dapatkan dari perdagangannya.
      Suatu ketika disebuah Basra, Syam, Thalhah bertemu dengan seorang pendeta yang bertanya-tanya tentang seorang lelaki Tanah Haram. Dari pendeta inilah Thalhah tahu akan ada seorang nabi terlahir di Bangsa Quraisy, sorang nabi terakhir. Thalhah segera kembali ke Makkah, terdorong rasa penasaran terhadap sosok nabi yang dimaksud pendeta. Mendekati Makkah, Thalhah bertanya-tanya kepada orang-orang yang ia temui.
      “Muhammad Ibn Abdullah mengaku dirinya nabi. Abu Bakar ibn Abu Quhafah telah menjadi pengikutnya,” demikian jawaban mereka.
      Thalhah bergegas menemui Abu Bakar, bertanya tentang nabi. Thalhah juga menceritakan pendeta yang mengatakan bahwa akan lahir seorang nabi di Bangsa Quraisy. Cerita itu membuat Abu Bakar takjub. Abu Bakar kemudian mengajak Thalhah memeluk Islam. Kemudian berangkatlah Abu Bakar dan Thalhah menemui Rasulullah. Rasulullah lantas menyampaikan Islam dan membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Allah membuka hati Thalhah, lalu Rasulullah memberi Thalhah kabar gembira tentang kebaikan dunia dan akhirat dengan keislaman Thalhah.
      Seperti Abu Bakar, Rasulullah amat bahagia mendengar cerita Thalhah tentang pendekar Basra. Kebahagiaan itu tampak jelas tergambar diwajah Rasulullah.
      Ibu Thalhah terkejut mengetahui anaknya memeluk islam. Sang ibu berharap Thalhah menjadi pemimpin kaum, bukan meninggalkan mereka. Keluarga Thalhah kemudian menemui Thalhah dan memaksanya agar keluar dari Islam. Hal ini tidak berhasil. Mereka kemudian menyiksanya seperti tangan Thalhah diangkat kebelakang leher dan diikat, mendorongnya dari belakang dan memukul kepalanya. Sementara sang ibu terus berteriak dan memaki.
      Naufal ibn Khuwailid dikenal sebagai salah satu setan Quraisy. Suatu ketika, ia melihat Thalhah sedang bersama Abu Bakar. Naufal mendekati mereka sambil terbakar amarah, kemudian mengikat dengan kuat dan menggiring mereka keorang-orang bodoh Makkah. Naufal menyuruh orang itu untuk menyiksa Thalhah dan Abu Bakar. Untuk beberapa lama mereka berdua diperlakukan demikian sampai kemudian seseorang menolongnya. Sejak itulah Thalhah dan Abu Bakar dikenal dengan qarinayni ( dua sahabat nabi ). Setelah itu Thalhah menikahi putrid Abu Bakar yang bernama Ummu Kultsum.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi Thalha bin Ubaidillah ?
2.      Berapa sikap keteladanan Thalha bin Ubaidillah ?
3.      Bagaimana sikap pemberani Thalha bin Ubaidillah ?
4.      Bagaimana sikap dermawan Thalha bin Ubaidillah ?
5.      Bagaimana sikap kebajikan Thalha bin Ubaidillah ?
6.      Bagaimana kecerdasan Thalha bin Ubaidillah?
7.      Bagaimana sikap kejujuran Thalha bin Ubaidillah ?
8.      Bagaimana akhir hayat Thalha bin Ubaidillah ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mahasiswa dapat menjelaskanbiografi Thalha bin Ubaidillah.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskansikap keteladanan Thalha bin Ubaidillah.
3.      Mahasiswa dapat menjelaskansikap pemberani Thalha bin Ubaidillah.
4.      Mahasiswa dapat menjelaskansikap dermawan Thalha bin Ubaidillah.
5.      Mahasiswa dapat menjelaskansikap kebajikan Thalha bin Ubaidillah.
6.      Mahasiswa dapat menjelaskankecerdasan Thalha bin Ubaidillah.
7.      Mahasiswa dapat menjelaskankejujuran Thalha bin Ubaidillah.
8.      Mahasiswa dapat menjelaskanakhir hayat Thalha bin Ubaidillah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Biografi Thalha Bin Ubaidillah


Talhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin lu’ai. Ibunya bernama Ash-Sha’bah binti Al Hadrami, saudra perempuan Al Ala’. Wanita ini telah menyatakan dirinya seorang muslimah. Ia seorang pemuda Qurais yang memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.
Pada suatu ketika Talhah bin Ubaidilah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Talhah bin Ubaidillah mengalami peristiwa menarik yang merubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, wahai para pedagang, apakah diantara tuan-tuan berasal dari kota Makkah?.” Ya, aku penduduk Makkah,” sahut Thalhah. “sudah munculkah orang diantara kalian orang bernama Ahmad?” tanyanya. “Ahmad yang mana?” Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda., “kata pendeta itu.
Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, sampai tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Mekkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya,  ada peristiwa apa sepeninggalku?” ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar As Shidiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,” jawab mereka.“Aku kenal Abu Bakar . Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy,”gumam Thalhah bin Ubaidillah lirih.
Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah langsung menemui Abu Bakkar As Siddiq dan bertanya. “benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?”  Abu Bakar menjawab: “ Betul.” Kemudian Abu Bakar As-Shidiq menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira’ sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar As-Shidiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk masuk Islam.
Usai Abu Bakkar As-Shidiq bercerita Thalhah bin Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar As-Siddiq tercengang. Lalu Abu Bakkar As-Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Raasululah, Thalhah bin Ubaidillah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.
Bagi keluarganya, masuk islam Thalhah bin Ubaidillah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang satu sukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena pendirian Thalhah bin Ubaidillah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar.
Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memacu dan memukuli kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah bin Ubaidillah, yaitu ibunya, Ash-Sha’bah. Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakkar As-Siddiq  dan Thalhah bin Ubaidilah mengikat keduanya. Menjadi satu dan mendorong ke algojo sampai darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini.
Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakkar As-Siddiq dan Thalhah bin Ubaidillah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia. Tidak hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yag dihadapi Thalhah bin Ubaidillah, semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan perjuangnanya dalam menegakan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan yang di dapatnya antara lain “Assyahidul Hayy”, atau syahid yang hidup.
Julukan ini di perolehnya dalam perang Uhud. Saat itu barisan kaum muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari samping Rasulullah. Yang tersisa di dekat beliau hanya sebelah orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengontrol beliau naik ke bukit tadi di hadang oleh kaum musyrikin. “siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi teman ku kelak di surga, “ seru Rasuullah. “aku wahai Rasulullah, “ kata Talhah bin Ubaidillah. ” tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempat mu.” “ aku ya Rasulullah, “ kata seorang prajurit Anshar. “ya, majullah, “ kata Rasulullah. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkan nya menemui kesyahidan.
Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-oerang kafir dan selalu saja Thalhah bin Ubaidillah mengajukan diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah. Saat itu Rasulullah berkata kepada Thalhah bin Ubaidillah, “sekarang engkau, wahai Thalhah.” Dan majulah Thalhah bin Ubaidillah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang kearah musuh dan mengusir agar jangan mendekati Rasulullah. Lalu Thalhah berusaha sendiri menaikan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas. Saat itu Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari Rasulullahtelah sampai didekat Rasulullah. “tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian,” seru Rasulullah. Keduanya bergegas mencari Thalhah bin Ubaidillah, ketika ditemukan, ini dalam kondisi pingsan, sedangkan badannya berlumurn darah segar. Tak kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah. Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah gelar syahid yang hidup diberikan Rasulullah. “’siapa yang ingin melihat orang berjalan dimuuka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah,” sabda Rasulullah. Sejak itu bila orang membicarakan perang Uhud dihadapan Abu Bakar As-Siddiq, maka beliau selalu menyahut, “ perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya sampai akhir hayatnya.
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan teladani. Dalam hidupnya ia memiliki tujuan utama yaitu  bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari sepuluh orangyang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu satu orang bernilai seribu orang. Sejak awal, keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal seorang yang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Thalhah bin Ubaidillah bagaikan sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istriny bernama Su’da binti Auf.
B.     Sikap Keteladanan Thalhah Bin Ubaidillah.
Perilaku adalah salah satu penentu baik/buruknya seseorang. Sama halnya Thalha bin Ubaidillah yang memiliki sikap yang baik terhadap orang menjadikan sebagai contoh untuk orang lain. Adapun perilaku yang menjadi teladan Thalhah bin Ubaidillah sebagai berikut :
1.      Berani
Jabir berkata, “ketika Perang Uhud berkecambuk, sementara itu kaum muslimin berlarian, saat itu Rasulullah S.A.W bersama 12 sahabat, di antaranya Thalhah. Tak lama kemudian kaum mmusyrikin berhasil menemukan mereke, lantas Nabi Muhammad S.A.W bersabda, ‘Siapa yang berani melawan kaum musyrikin? ‘Saya’, jawab Thalhah. ‘Tetaplah kamu ditempatku’, ujar Rasulullah S.A.W. ‘Saya’ jawab seseorang. ‘kamu, silahkan!’ ujar Rasulullah S.A.W. lantas seorang seorang itu berperang hingga tewas. Kemudian Rasulullah S.A.W berpaling, ternyata di depan ada kaum musyrikin, lalu beliau bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang berani melawan mereka? ‘Saya’, jawab Thalhah. ‘tetaplah kamu di tempatmu!’ ujar Rasulullah S.A.W. ‘Saya’, jawab seorang lelaki Anshar. ‘Ya, kamu silahkan!’ ujar Rasulullah S.A.W. Lalu orang itu berperang hingga tewas, demikian seterusnyahingga yang tersisa bersama Nabi hanya Thalhah. Rasulullah S.A.W bersabda, ‘Siapa yang berani melawan kaum musyrikin?’ ‘Saya’, jawab Thalhah. Kemudian ia pun berperang dan berhasil membunuh sebelas orang hingga jari-jemarinya putus. Lalu ia berkata, ‘Aduh’. Rasulullah S.A.W bersabda, ‘Seandainya engkau mengucap basmalah, niscaya malaikat akan menyertaimu, sementara manusia melihatnya, kemudian Allah mengalahkan kaum musyrikin.
Di kisahkan oleh ibnu jarir, bahwa as-Sudi berkata: dalam perang Uhud, aku berada dikelompok prajurit yang harus bertahan. Tiba-tiba kulihat Rasulullah Saw bercucuran darah. Ternyata akibat kejatuhan batu yang menggelinding ketika sekelompok prajurit berlari keatas bukit, hingga mengenai wajah dan batang hidungnya.
Dengan berlindung dibawah batu besar, Rasulullah Saw kemudian memanggil para prajuritnya seraya bersabda: Wahai hamba-hamba Allah, kemarilah! Hai hamba-hamba Allah, kemarilah!”
Maka berdatanglah sekitar tiga puluh orang prajurit mengerumuni Rasulullah Saw. Tetapi hanya Thalhah dan Sahal bin Hunaif yang diminta untuk mendampingi beliau. Sementara yang lain diperintahkan menyebar lagi ke posnya masing-masing.
Tiba-tiba sebuah anak panah musuh meluncur secepat kilat mengarah ketubuh Rasulullah Saw. Maka dengan sigap, ditangkislah anak panah itu oleh Thalhah bin ‘Ubaidillah. Celakanya luncuran anak panah itu sedemikian cepatnya, sehingga menyebabkan lengan tangannya hamper putus. Itulah sebabnya, tangan Thalhah hingga akhir hayatnya menjadi kering(lumpuh).
Abu Bakar berkata: “suatu saat dalam pertempuran Uhud, aku dan Abu Ubadah bin Jarrah berada di pos yang agak jauh dari Rasulullah Saw. Ketika kami melihat banyaknya tentara musuh datang menyerbu beliau, maka kami berlari hendak member pertolongan. Namun, dari kejauhan, Rasulullah mencegah kami seraya bersabda : Tetaplah kalian bertahan diposnya masing-masing!”
Sungguh dahsyat serbuan itu”, lanjut Abu Bakar, “sehingga thalhah harus berusaha ekstra keras menghalau alunan pedang, serangan tombak dan luncuran anak panah musuh. Dengan lincahnya Thalhah menangkis dan menghalau serbuan musuh demi melindungi keselamatan jiwa Rasulullah Saw.
“ketika serbuan itu berhenti”, masih lanjut Abu Bakar, “tampak Thalhah berjalan berhuyung-huyung dan terjatuh pingsan. Kami dapati pada tubuhnya, tidak kurang dari tujuh puluh luka akibat goresan anak panah, tombak dan bacokan pedang. Bahkan sebelah tangannya hamper putus terkena anak panah. Itulah hari pertempuran Thalhah”.

2.      Dermawan
Musa meriwatkan dari bapaknya, Thalhah, bahwa ia memperoleh harta dari Hadhramaut sebesar 700.000 dinar. Maka pada malam itu Thalhah tidur dalam keadaan gelisah, lalu istrinya bertanya, “Ada apa dengamu?”.
“Semalam aku berfikir, lalu aku katakan, ‘Apa sangkanya terhadap Rabbnya jika melihat dirinya dari tidur sementara harta berada di rumahnya?’” jawab Thalhah.
Istrinya berkata, “Di manakah posisimu di antara paman-pamanmu? Jika pagi tiba ambillah mangkuk dan wadah, lalu bagikan harta itu”.
Thalhah berkata kepada istrinya, “Semoga Allah merahmatimu. Engkau adalah wanita yang diberi taufik, putri dari orang yang diberi taufik”.
Istrinya adalah Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Esok hariya, Thalhah minta mangkuk, lalu ia membagi-bagi hartanya kepada para Muhajirin dan Anshar. Ia juga tidak luput mengirimkan satu mangkok kepada Ali. Setelah itu, istrinya (Ummu Kultsum)  bertanya kepada Thalhah, “Wahai Abu Muhammad! Apakah kita mendapatkan bagian dari harta ini?”
Thalhah menjawab, “Ke mana saja kamu hari ini? Bagianmu adalah harta yang tersisa”.
Istrinya berkata, “ternyata tersisa satu kantong berisi 1000 dirham”.
Ali bin Zaid berkata, “Seorang Arab Badui datang kepada Thalhah untuk mengemis, lantas Thalhah mendekatinya dan menjadikannya kerabat. Lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya orang ini adalah kerabat. Belum pernah ada seorang pun yang meminta kepdaku sebelummu. Aku memiliki sebidang tanah pemberian Utsman seharga 300.000 dinar, silahkan ambil. Jika engkau mau, bisa dijual kepada Utsman sehingga ia memberimu harganya’. Lelaki itu menjawab, ‘Saya ingin harganya’. Lantas kebun itu diberikan kepadanya”.
Thalhah bin Yahya berkata: Nenekku, Sa’di binti Auf Al-Murriyah bercerita kepadaku, ‘Suatu hari aku menemui Thalhah dalam keadaan lemah, lalu aku bertanya, ‘Ada apa denganmu? Apakah ada hal membingungkan dari sudaramu?’ Thalhah menjawab, ‘Demi Allah, sabaik-baik istri seorang muslim adalah engkau. Namun hartaku telah membuatku sedih’. Aku bertanya, ‘Kenapa membuatmu sedih? Panggilah kaummu’. Thalhah berkata, ‘Wahai pelayan, panggil kaumku dan bagikan harta ini kepada mereka’. Lantas aku bertanya kepada penjaga gudang, ‘Berapa yang diberikan oleh Thalhah?’ Ia menjawab ‘400.000 dinar’”.
Al-Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa Thalhah bin Ubaidillah menjual sebidang tanah seharga 700.000 dinar. Pada malam harinya ia tidak bisa tidur karena takut dengan harta itu. Maka esok paginyaia membagi-bagikan uang tersebut.
Sebuah kisah lain bahwa Thalha memiliki satu sifat keteladanaan yang sangat menonjol yang dimilikinya ialah suka menyantuni (Dermawan). Sehingga oleh Rasulullah Saw, tepatnya dalam perang Hunain, beliau digelari “al-jud”. Dan bila ia telah melaksanakan haq Tuhannya, ia pergi berusaha di muka bumi  untuk mencari keridoan Allah, dengan mengembangkannya perniagaan yang memberi laba, dan usaha usaha lain yang yang membawa hasil. Thalha, adalah seorang muslim yang terbanyak hartannya dan paling berkembang kekayaannya. Semua harta bendanya dipergunakaan untuk berkhitmat kepada Agama Islam, Diinfaqkannya harta tanpa batas, dan oleh sebab itu Allah menambahkan terus kekayaannya tak berhenti pula. Hal ini dikuatkan pula dengan hadist dari ibnu mandah :
“Dalam perang uhud, Rasulullah Saw. Memberiku nama “Thalha al-khair”,pada perang jaishul ushrah memberikan nama “Thalha al-fayyadl, dan perang hunain memberi nama, “Thalha Al-Jud”.(HR.Ibnu katsir)

3.      Banyak Berbuat Kebajikan

Seorang ahli kebaikan (al khair) dan penyantun (Al-jud). Thalha bin Ubaidillah dikenal juga suka berbuat  kebajikan terhadap siapapun. Sehingga oleh Rasulullah Saw, tepatnya dalam perang jaisul ‘usrah beliau digelarisebagai “al- fayadl” yaitubanyak berbuat kebajikan.
4.      Cerdas
Thalha sudah berdagang sejak remaja. Ia sering ikut dalam rombongan niaga ke Syam dan Yaman. Kecerdasan thalha didalam perdangan menjadi pendukung kemajuan kariernya itu. Hal ini ditunjukkan oleh keuntungan berlimpah dari hasil perdagangannya.

5.      Jujur
Thalha dikenal sebagai pedagang yang ulet dan jujur. Sejak sebelum masuk islam, mata pencaharian beliau adalah berdagang, bahkan sampai ke Negeri Syam dan Bashrah. Dia banyak mewarisi sifat-sifat keteladanan Abu bakar r.a.
Ketika hendak masuk islam Thalha berkata : aku telah mengenal baik Abu Bakar. Ia mudah menerima kebenaran. Ia disukai banyak orang karena perangainya yang lembut, dermawan, seorang pedagang yang ulet dan jujur, dan teguh pendirian. Maka akupun sangat menyukainya.

C.    Akhir hayat

Ibnu katsir menuturkan bahwa semenjak terpilihnya utsman sebagai khalifah thalha bin ubaidillah menyingkir dari jajaran kekhalifahan.sehingga sebagian orang menuduhnya menyimpan dendam terhadap utsman.
Oleh karena itu, maka dalam pertempuran jamal, ali bin abi thalib datang menasehati thalha. Sehingga Thalha menyadarai kekeliruannya berpihak kepada ‘Aisyah yang hakikatnya hanya menuruti ambisi Abdillah bin Zubair untuk merebut tahta kekhalifahan dari tangan Ali.
Kemudian Thalha mengurungkan niatnya dan keluar dari barisan Aisyah. Tetapi tiba-tiba meluncurkan sebuah anak panah, entah dari bagian lutut Thalha. Beliau memanggil-manggil seraya berkata : “ Wahai hamba Allah, kemarilah ! Hai Hamba Allah, Kemarilah!”
Tak Seorang pun yang datang memberikan pertolongan kepada Thalha, Kecuali seorang budak yang telah dimerdekakan olehnya. Ia mengangkat tubuh Thalha keatas kendaraannya dan membawanya ke kota Bashrah.
Sampai di Bashrah, nyawa Thalha tak dapat diselamatkan. Di Kota itulah beliau wafat khusnul khatimah sebagai syahid pada tahun 36 H.
Itulah sebuah bukti kebenaran sabda Rasulullah SAW. Di mana jauh sebelum itu, tatkala Rasulullah baru hijrah ke Yatsrib, beliau bersam Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalha dan Zubair melintas batu hitam raksasa ; tiba-tiba batu itu bergetar (bergerak-gerak), maka bersabdalah Rasulullah SAW.
اٍهْدَا فَمَا عَلَيْكَ اِلاّ نَبِئٍّ اَوْ صَدِيقُ اَوْ شَهِىْدٌ (رواه ومسلم)
“Tenanglah (hai batu), tidak melintas diatasmu kecuali seorang Nabi, seorang Shiddiq dan (lima orang) syahid”(HR. Muslim).
Yang dimaksud seorang nabi adalah Rasulullah SAW. Sendiri dan seorang Shiddiq adalah Abu Bakar. Sedangkan lima orang syahid ialah Umar, Ustman, Ali, Thalha dan Zubair. Dan ternyata benar, kelima orang sahabat ini semuanya mati terbunuh sebagai syahid.

BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya dia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk islam, dimana pada saat itu jumlah umat mencapai seribu orang. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenl sebagai orang yang jujur tidak pernah menipu apalagi berhianat. Thalhah masuk islam melalui anak pamannya (Abu Bakar As Sidiq RA).

B.     Saran
Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya. Juga dapat memberikan saran kepada penulis terkait makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA


Abazhah, Nizar. 2014 Cetakan 1. SAHABAT MUHAMMAD. Jakarta. Zaman.
Abdul Halim, Nipan. 2005. Biografi & Keteladanan 10 Sahabat Ahli Surga. Jakarta. Pustaka Amani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Pengaruh Pengetahuan, Religiusitas, dan Promosi Perusahaan terhadap Minat Menabung di Perbankan Syariah (Studi Kasus Mahasiswa Muslim Kota Pontianak)

Makalah Pasar dan Harga dalam Ekonomi Islam