ADAB DAN AKHLAK SAHABAT
THALHA BIN UBAIDILLAH
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, Karena atas
izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Adab dan Akhlak Sahabat Thalhah bin Ubaidillah. Sholawat serta
salam semoga selalu tersampaikan kepada kekasih Allah SWT, Muhammad SAW.
Makalah
Pengembangan Adab dan Akhlak ini merupakan salah satu tugas mata kuliah jurusan
Ekonomi Islam yang disampaikan secara berdiskusi, yang mana bertujuan untuk
membantu para mahasiswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
Tentunya di dalam makalah ini terdapat begitu
banyak kekurangan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh sebab itu
penyusun mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat segera diselesaikan.
Pontianak,26 Oktober 2016
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siksaan dan intimidasi mengiringi jalan keislaman Thalhah.
Thalhah adalah orang yang keempat yang memeluk islam. Thalhah sudah berdagang
sejak remaja. Ia sering ikut dalam rombongan niaga ke Syam dan Yaman.
Kecerdasan Thalhah mendukung kariernya itu. Keuntungan berlimpah ia dapatkan
dari perdagangannya.
Suatu ketika disebuah Basra, Syam, Thalhah
bertemu dengan seorang pendeta yang bertanya-tanya tentang seorang lelaki Tanah
Haram. Dari pendeta inilah Thalhah tahu akan ada seorang nabi terlahir di
Bangsa Quraisy, sorang nabi terakhir. Thalhah segera kembali ke Makkah,
terdorong rasa penasaran terhadap sosok nabi yang dimaksud pendeta. Mendekati
Makkah, Thalhah bertanya-tanya kepada orang-orang yang ia temui.
“Muhammad Ibn Abdullah mengaku dirinya
nabi. Abu Bakar ibn Abu Quhafah telah menjadi pengikutnya,” demikian jawaban
mereka.
Thalhah bergegas menemui Abu Bakar,
bertanya tentang nabi. Thalhah juga menceritakan pendeta yang mengatakan bahwa
akan lahir seorang nabi di Bangsa Quraisy. Cerita itu membuat Abu Bakar takjub.
Abu Bakar kemudian mengajak Thalhah memeluk Islam. Kemudian berangkatlah Abu
Bakar dan Thalhah menemui Rasulullah. Rasulullah lantas menyampaikan Islam dan
membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Allah membuka hati Thalhah, lalu Rasulullah
memberi Thalhah kabar gembira tentang kebaikan dunia dan akhirat dengan
keislaman Thalhah.
Seperti Abu Bakar, Rasulullah amat bahagia
mendengar cerita Thalhah tentang pendekar Basra. Kebahagiaan itu tampak jelas
tergambar diwajah Rasulullah.
Ibu Thalhah terkejut mengetahui anaknya
memeluk islam. Sang ibu berharap Thalhah menjadi pemimpin kaum, bukan
meninggalkan mereka. Keluarga Thalhah kemudian menemui Thalhah dan memaksanya
agar keluar dari Islam. Hal ini tidak berhasil. Mereka kemudian menyiksanya
seperti tangan Thalhah diangkat kebelakang leher dan diikat, mendorongnya dari
belakang dan memukul kepalanya. Sementara sang ibu terus berteriak dan memaki.
Naufal ibn Khuwailid dikenal sebagai salah
satu setan Quraisy. Suatu ketika, ia melihat Thalhah sedang bersama Abu Bakar.
Naufal mendekati mereka sambil terbakar amarah, kemudian mengikat dengan kuat
dan menggiring mereka keorang-orang bodoh Makkah. Naufal menyuruh orang itu
untuk menyiksa Thalhah dan Abu Bakar. Untuk beberapa lama mereka berdua
diperlakukan demikian sampai kemudian seseorang menolongnya. Sejak itulah
Thalhah dan Abu Bakar dikenal dengan qarinayni
( dua sahabat nabi ). Setelah itu Thalhah menikahi putrid Abu Bakar yang
bernama Ummu Kultsum.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi Thalha bin Ubaidillah ?
2.
Berapa sikap keteladanan Thalha bin Ubaidillah ?
3. Bagaimana sikap
pemberani Thalha bin Ubaidillah ?
4. Bagaimana sikap
dermawan Thalha bin Ubaidillah ?
5. Bagaimana sikap
kebajikan Thalha bin Ubaidillah ?
6. Bagaimana kecerdasan
Thalha bin Ubaidillah?
7. Bagaimana sikap
kejujuran Thalha bin Ubaidillah ?
8. Bagaimana akhir
hayat Thalha bin Ubaidillah ?
C. Tujuan Masalah
1.
Mahasiswa dapat menjelaskanbiografi Thalha bin
Ubaidillah.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskansikap keteladanan Thalha bin
Ubaidillah.
3.
Mahasiswa dapat menjelaskansikap pemberani Thalha bin Ubaidillah.
4.
Mahasiswa dapat menjelaskansikap dermawan Thalha bin Ubaidillah.
5.
Mahasiswa dapat menjelaskansikap kebajikan Thalha bin Ubaidillah.
6.
Mahasiswa dapat menjelaskankecerdasan Thalha bin Ubaidillah.
7.
Mahasiswa dapat menjelaskankejujuran Thalha bin Ubaidillah.
8.
Mahasiswa dapat menjelaskanakhir hayat Thalha bin Ubaidillah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Thalha Bin Ubaidillah
Talhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin lu’ai. Ibunya bernama
Ash-Sha’bah binti Al Hadrami, saudra perempuan Al Ala’. Wanita ini telah
menyatakan dirinya seorang muslimah. Ia seorang pemuda Qurais yang memilih
profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam
strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan
pedagang-pedagang lain yang lebih tua.
Pada suatu ketika Talhah bin Ubaidilah dan
rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Talhah bin Ubaidillah mengalami peristiwa
menarik yang merubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta
berteriak-teriak, wahai para pedagang,
apakah diantara tuan-tuan berasal dari kota Makkah?.” Ya, aku penduduk Makkah,” sahut Thalhah. “sudah munculkah orang diantara kalian orang bernama Ahmad?” tanyanya.
“Ahmad
yang mana?” Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti
muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke
negeri berbatu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang
subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya
wahai anak muda., “kata pendeta itu.
Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati
Thalhah bin Ubaidillah, sampai tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia
langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Mekkah, ia langsung bertanya kepada
keluarganya, ada peristiwa apa
sepeninggalku?” ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar
As Shidiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,” jawab mereka.“Aku
kenal Abu Bakar . Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia
pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang
menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy,”gumam Thalhah bin
Ubaidillah lirih.
Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah langsung
menemui Abu Bakkar As Siddiq dan bertanya. “benarkah
Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?” Abu Bakar menjawab: “ Betul.” Kemudian Abu
Bakar As-Shidiq menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira’ sampai
turunnya ayat pertama. Abu Bakar As-Shidiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah
untuk masuk Islam.
Usai Abu Bakkar As-Shidiq bercerita Thalhah
bin Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu
Bakar As-Siddiq tercengang. Lalu Abu Bakkar As-Siddiq mengajak Thalhah bin
Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya
dengan pendeta Bushra. Di hadapan Raasululah, Thalhah bin Ubaidillah langsung
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Bagi keluarganya, masuk islam Thalhah bin
Ubaidillah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang satu
sukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun
karena pendirian Thalhah bin Ubaidillah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak
kasar.
Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak
muda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu
di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memacu dan memukuli
kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah
bin Ubaidillah, yaitu ibunya, Ash-Sha’bah. Tak hanya itu, pernah seorang lelaki
Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakkar As-Siddiq dan Thalhah bin Ubaidilah mengikat keduanya.
Menjadi satu dan mendorong ke algojo sampai darah mengalir dari tubuh sahabat
yang mulia ini.
Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakkar As-Siddiq
dan Thalhah bin Ubaidillah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang
mulia. Tidak hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yag dihadapi Thalhah bin
Ubaidillah, semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan
perjuangnanya dalam menegakan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan yang di
dapatnya antara lain “Assyahidul Hayy”, atau
syahid yang hidup.
Julukan ini di perolehnya dalam perang Uhud.
Saat itu barisan kaum muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari samping
Rasulullah. Yang tersisa di dekat beliau hanya sebelah orang Anshar dan Thalhah
bin Ubaidillah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengontrol
beliau naik ke bukit tadi di hadang oleh kaum musyrikin. “siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi teman ku kelak di surga,
“ seru Rasuullah. “aku wahai Rasulullah, “ kata Talhah bin Ubaidillah. ”
tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempat mu.” “ aku ya Rasulullah, “
kata seorang prajurit Anshar. “ya, majullah, “ kata Rasulullah. Lalu prajurit
Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang
mengantarkan nya menemui kesyahidan.
Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk
melawan orang-oerang kafir dan selalu saja Thalhah bin Ubaidillah mengajukan
diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan
untuk tetap ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal
Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah. Saat itu Rasulullah
berkata kepada Thalhah bin Ubaidillah, “sekarang engkau, wahai Thalhah.” Dan
majulah Thalhah bin Ubaidillah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar
menerjang kearah musuh dan mengusir agar jangan mendekati Rasulullah. Lalu
Thalhah berusaha sendiri menaikan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali
menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas. Saat itu Abu Bakar
As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari Rasulullahtelah
sampai didekat Rasulullah. “tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian,”
seru Rasulullah. Keduanya bergegas mencari Thalhah bin Ubaidillah, ketika
ditemukan, ini dalam kondisi pingsan, sedangkan badannya berlumurn darah segar.
Tak kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak dan lemparan panah
memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah. Dikiranya Thalhah sudah
gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah gelar syahid yang hidup diberikan
Rasulullah. “’siapa yang ingin melihat orang berjalan dimuuka bumi setelah
mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah,” sabda Rasulullah. Sejak itu bila
orang membicarakan perang Uhud dihadapan Abu Bakar As-Siddiq, maka beliau
selalu menyahut, “ perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya sampai
akhir hayatnya.
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin
Ubaidillah patut kita contoh dan teladani. Dalam hidupnya ia memiliki tujuan
utama yaitu bermurah dalam pengorbanan
jiwa. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari sepuluh orangyang
pertama masuk Islam, dimana pada saat itu satu orang bernilai seribu orang.
Sejak awal, keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari
janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal seorang yang jujur, tidak pernah
menipu apalagi berkhianat. Thalhah bin Ubaidillah bagaikan sungai yang airnya
mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah. Ia adalah seorang dari kaum
muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istriny bernama Su’da binti
Auf.
B.
Sikap Keteladanan Thalhah Bin Ubaidillah.
Perilaku adalah salah satu penentu
baik/buruknya seseorang. Sama halnya Thalha bin Ubaidillah yang memiliki sikap
yang baik terhadap orang menjadikan sebagai contoh untuk orang lain. Adapun
perilaku yang menjadi teladan Thalhah bin Ubaidillah sebagai berikut :
1. Berani
Jabir berkata, “ketika Perang
Uhud berkecambuk, sementara itu kaum muslimin berlarian, saat itu Rasulullah
S.A.W bersama 12 sahabat, di antaranya Thalhah. Tak lama kemudian kaum
mmusyrikin berhasil menemukan mereke, lantas Nabi Muhammad S.A.W bersabda, ‘Siapa
yang berani melawan kaum musyrikin? ‘Saya’, jawab Thalhah. ‘Tetaplah kamu
ditempatku’, ujar Rasulullah S.A.W. ‘Saya’ jawab seseorang. ‘kamu, silahkan!’
ujar Rasulullah S.A.W. lantas seorang seorang itu berperang hingga tewas.
Kemudian Rasulullah S.A.W berpaling, ternyata di depan ada kaum musyrikin, lalu
beliau bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang berani melawan mereka? ‘Saya’,
jawab Thalhah. ‘tetaplah kamu di tempatmu!’ ujar Rasulullah S.A.W. ‘Saya’,
jawab seorang lelaki Anshar. ‘Ya, kamu silahkan!’ ujar Rasulullah S.A.W. Lalu
orang itu berperang hingga tewas, demikian seterusnyahingga yang tersisa
bersama Nabi hanya Thalhah. Rasulullah S.A.W bersabda, ‘Siapa yang berani
melawan kaum musyrikin?’ ‘Saya’, jawab Thalhah. Kemudian ia pun berperang dan berhasil
membunuh sebelas orang hingga jari-jemarinya putus. Lalu ia berkata, ‘Aduh’.
Rasulullah S.A.W bersabda, ‘Seandainya engkau mengucap basmalah, niscaya
malaikat akan menyertaimu, sementara manusia melihatnya, kemudian Allah
mengalahkan kaum musyrikin.
Di kisahkan oleh ibnu jarir,
bahwa as-Sudi berkata: dalam perang Uhud, aku berada dikelompok prajurit yang
harus bertahan. Tiba-tiba kulihat Rasulullah Saw bercucuran darah. Ternyata
akibat kejatuhan batu yang menggelinding ketika sekelompok prajurit berlari
keatas bukit, hingga mengenai wajah dan batang hidungnya.
Dengan berlindung dibawah batu
besar, Rasulullah Saw kemudian memanggil para prajuritnya seraya bersabda:
Wahai hamba-hamba Allah, kemarilah! Hai hamba-hamba Allah, kemarilah!”
Maka berdatanglah sekitar tiga
puluh orang prajurit mengerumuni Rasulullah Saw. Tetapi hanya Thalhah dan Sahal
bin Hunaif yang diminta untuk mendampingi beliau. Sementara yang lain
diperintahkan menyebar lagi ke posnya masing-masing.
Tiba-tiba sebuah anak panah
musuh meluncur secepat kilat mengarah ketubuh Rasulullah Saw. Maka dengan
sigap, ditangkislah anak panah itu oleh Thalhah bin ‘Ubaidillah. Celakanya
luncuran anak panah itu sedemikian cepatnya, sehingga menyebabkan lengan
tangannya hamper putus. Itulah sebabnya, tangan Thalhah hingga akhir hayatnya
menjadi kering(lumpuh).
Abu Bakar berkata: “suatu saat
dalam pertempuran Uhud, aku dan Abu Ubadah bin Jarrah berada di pos yang agak
jauh dari Rasulullah Saw. Ketika kami melihat banyaknya tentara musuh datang
menyerbu beliau, maka kami berlari hendak member pertolongan. Namun, dari
kejauhan, Rasulullah mencegah kami seraya bersabda : Tetaplah kalian bertahan
diposnya masing-masing!”
Sungguh dahsyat serbuan itu”,
lanjut Abu Bakar, “sehingga thalhah harus berusaha ekstra keras menghalau
alunan pedang, serangan tombak dan luncuran anak panah musuh. Dengan lincahnya
Thalhah menangkis dan menghalau serbuan musuh demi melindungi keselamatan jiwa
Rasulullah Saw.
“ketika serbuan itu berhenti”,
masih lanjut Abu Bakar, “tampak Thalhah berjalan berhuyung-huyung dan terjatuh
pingsan. Kami dapati pada tubuhnya, tidak kurang dari tujuh puluh luka akibat
goresan anak panah, tombak dan bacokan pedang. Bahkan sebelah tangannya hamper
putus terkena anak panah. Itulah hari pertempuran Thalhah”.
2. Dermawan
Musa meriwatkan dari bapaknya, Thalhah, bahwa ia
memperoleh harta dari Hadhramaut sebesar 700.000 dinar. Maka pada malam itu
Thalhah tidur dalam keadaan gelisah, lalu istrinya bertanya, “Ada apa
dengamu?”.
“Semalam aku berfikir, lalu aku katakan, ‘Apa sangkanya
terhadap Rabbnya jika melihat dirinya dari tidur sementara harta berada di
rumahnya?’” jawab Thalhah.
Istrinya berkata, “Di manakah posisimu di antara
paman-pamanmu? Jika pagi tiba ambillah mangkuk dan wadah, lalu bagikan harta
itu”.
Thalhah berkata kepada istrinya, “Semoga Allah
merahmatimu. Engkau adalah wanita yang diberi taufik, putri dari orang yang
diberi taufik”.
Istrinya adalah Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shidiq.
Esok hariya, Thalhah minta mangkuk, lalu ia membagi-bagi hartanya kepada para
Muhajirin dan Anshar. Ia juga tidak luput mengirimkan satu mangkok kepada Ali.
Setelah itu, istrinya (Ummu Kultsum)
bertanya kepada Thalhah, “Wahai Abu Muhammad! Apakah kita mendapatkan
bagian dari harta ini?”
Thalhah menjawab, “Ke mana saja kamu hari ini? Bagianmu
adalah harta yang tersisa”.
Istrinya berkata, “ternyata tersisa satu kantong berisi
1000 dirham”.
Ali bin Zaid berkata, “Seorang Arab Badui datang kepada
Thalhah untuk mengemis, lantas Thalhah mendekatinya dan menjadikannya kerabat.
Lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya orang ini adalah kerabat. Belum pernah ada
seorang pun yang meminta kepdaku sebelummu. Aku memiliki sebidang tanah
pemberian Utsman seharga 300.000 dinar, silahkan ambil. Jika engkau mau, bisa
dijual kepada Utsman sehingga ia memberimu harganya’. Lelaki itu menjawab,
‘Saya ingin harganya’. Lantas kebun itu diberikan kepadanya”.
Thalhah bin Yahya berkata: Nenekku, Sa’di binti Auf
Al-Murriyah bercerita kepadaku, ‘Suatu hari aku menemui Thalhah dalam keadaan
lemah, lalu aku bertanya, ‘Ada apa denganmu? Apakah ada hal membingungkan dari
sudaramu?’ Thalhah menjawab, ‘Demi Allah, sabaik-baik istri seorang muslim
adalah engkau. Namun hartaku telah membuatku sedih’. Aku bertanya, ‘Kenapa
membuatmu sedih? Panggilah kaummu’. Thalhah berkata, ‘Wahai pelayan, panggil
kaumku dan bagikan harta ini kepada mereka’. Lantas aku bertanya kepada penjaga
gudang, ‘Berapa yang diberikan oleh Thalhah?’ Ia menjawab ‘400.000 dinar’”.
Al-Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa Thalhah bin Ubaidillah
menjual sebidang tanah seharga 700.000 dinar. Pada malam harinya ia tidak bisa
tidur karena takut dengan harta itu. Maka esok paginyaia membagi-bagikan uang
tersebut.
Sebuah kisah
lain bahwa Thalha memiliki satu sifat keteladanaan yang sangat menonjol yang
dimilikinya ialah suka menyantuni (Dermawan). Sehingga oleh Rasulullah Saw,
tepatnya dalam perang Hunain, beliau digelari “al-jud”. Dan bila ia telah
melaksanakan haq Tuhannya, ia pergi berusaha di muka bumi untuk mencari keridoan Allah, dengan
mengembangkannya perniagaan yang memberi laba, dan usaha usaha lain yang yang
membawa hasil. Thalha, adalah seorang muslim yang terbanyak hartannya dan
paling berkembang kekayaannya. Semua harta bendanya dipergunakaan untuk
berkhitmat kepada Agama Islam, Diinfaqkannya harta tanpa batas, dan oleh sebab
itu Allah menambahkan terus kekayaannya tak berhenti pula. Hal ini dikuatkan
pula dengan hadist dari ibnu mandah :
“Dalam perang
uhud, Rasulullah Saw. Memberiku nama “Thalha al-khair”,pada perang jaishul ushrah
memberikan nama “Thalha al-fayyadl, dan perang hunain memberi nama, “Thalha
Al-Jud”.(HR.Ibnu katsir)
3.
Banyak Berbuat Kebajikan
Seorang ahli kebaikan (al khair) dan penyantun (Al-jud). Thalha bin
Ubaidillah dikenal juga suka berbuat
kebajikan terhadap siapapun. Sehingga oleh Rasulullah Saw, tepatnya
dalam perang jaisul ‘usrah beliau digelarisebagai “al- fayadl” yaitubanyak
berbuat kebajikan.
4.
Cerdas
Thalha sudah
berdagang sejak remaja. Ia sering ikut dalam rombongan niaga ke Syam dan Yaman.
Kecerdasan thalha didalam perdangan menjadi pendukung kemajuan kariernya itu.
Hal ini ditunjukkan oleh keuntungan berlimpah dari hasil perdagangannya.
5.
Jujur
Thalha dikenal
sebagai pedagang yang ulet dan jujur. Sejak sebelum masuk islam, mata
pencaharian beliau adalah berdagang, bahkan sampai ke Negeri Syam dan Bashrah.
Dia banyak mewarisi sifat-sifat keteladanan Abu bakar r.a.
Ketika hendak
masuk islam Thalha berkata : aku telah mengenal baik Abu Bakar. Ia mudah
menerima kebenaran. Ia disukai banyak orang karena perangainya yang lembut, dermawan,
seorang pedagang yang ulet dan jujur, dan teguh pendirian. Maka akupun sangat
menyukainya.
C.
Akhir hayat
Ibnu katsir menuturkan bahwa semenjak
terpilihnya utsman sebagai khalifah thalha bin ubaidillah menyingkir dari
jajaran kekhalifahan.sehingga sebagian orang menuduhnya menyimpan dendam
terhadap utsman.
Oleh karena itu, maka dalam pertempuran jamal,
ali bin abi thalib datang menasehati thalha. Sehingga Thalha menyadarai
kekeliruannya berpihak kepada ‘Aisyah yang hakikatnya hanya menuruti ambisi
Abdillah bin Zubair untuk merebut tahta kekhalifahan dari tangan Ali.
Kemudian Thalha mengurungkan niatnya dan
keluar dari barisan Aisyah. Tetapi tiba-tiba meluncurkan sebuah anak panah,
entah dari bagian lutut Thalha. Beliau memanggil-manggil seraya berkata : “
Wahai hamba Allah, kemarilah ! Hai Hamba Allah, Kemarilah!”
Tak Seorang pun yang datang memberikan
pertolongan kepada Thalha, Kecuali seorang budak yang telah dimerdekakan
olehnya. Ia mengangkat tubuh Thalha keatas kendaraannya dan membawanya ke kota
Bashrah.
Sampai di Bashrah, nyawa Thalha tak dapat
diselamatkan. Di Kota itulah beliau wafat khusnul khatimah sebagai syahid pada
tahun 36 H.
Itulah sebuah bukti kebenaran sabda Rasulullah
SAW. Di mana jauh sebelum itu, tatkala Rasulullah baru hijrah ke Yatsrib,
beliau bersam Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalha dan Zubair melintas batu hitam
raksasa ; tiba-tiba batu itu bergetar (bergerak-gerak), maka bersabdalah
Rasulullah SAW.
اٍهْدَا فَمَا عَلَيْكَ اِلاّ نَبِئٍّ اَوْ
صَدِيقُ اَوْ شَهِىْدٌ (رواه ومسلم)
“Tenanglah (hai batu), tidak melintas diatasmu
kecuali seorang Nabi, seorang Shiddiq dan (lima orang) syahid”(HR. Muslim).
Yang dimaksud seorang nabi adalah Rasulullah
SAW. Sendiri dan seorang Shiddiq adalah Abu Bakar. Sedangkan lima orang syahid
ialah Umar, Ustman, Ali, Thalha dan Zubair. Dan ternyata benar, kelima orang
sahabat ini semuanya mati terbunuh sebagai syahid.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut
kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya dia mempunyai tujuan utama yaitu
bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah merupakan salah seorang dari delapan
orang yang pertama masuk islam, dimana pada saat itu jumlah umat mencapai
seribu orang. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah
mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenl sebagai orang yang
jujur tidak pernah menipu apalagi berhianat. Thalhah masuk islam melalui anak
pamannya (Abu Bakar As Sidiq RA).
B.
Saran
Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca untuk dapat
memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya. Juga dapat memberikan saran kepada
penulis terkait makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abazhah, Nizar. 2014 Cetakan 1. SAHABAT MUHAMMAD. Jakarta.
Zaman.
Abdul Halim, Nipan. 2005. Biografi & Keteladanan
10 Sahabat Ahli Surga. Jakarta. Pustaka Amani.
Komentar
Posting Komentar