makalah murabahah


AKAD MURABAHAH



KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Akad Murabahah”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Fiqh Muamalah ............
Makalah ini ditulis berdasarkan literature buku dan internet. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan mengenai akad murabahah.Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah fiqh muamalah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya proposal ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan makalah ini, dan juga penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.





Pontianak, 04 April 2016


Kelompok 1






BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Saat ini banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang dengan pesat dan menawarkan produk-produknya yang bermacam-macam pada masyarakat. Namun kebanyakan masyarakat belum mengetahui produk-produk yang di tawarkan oleh bank yang berbasis syariah ini. Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu produk yang ada dalam lembaga keuangan syariah.  Produk yang akan diulas dalam makalah ini adalah akad murabahah. Sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui jual beli yang di perbolehkan dalam syariah islam agar harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti yang kita ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah, dengan kaidah dasar semua boleh kecuali yang di larang. Apabila belum mengetahui apa saja yang di bolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu  maka wajib untuk mencari tahu hal tersebut.
Dalam Al-bai’ ditinjau dari segi harga Al-bai’ dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah murabahah. Jual  beli  dalam  terminologi  fiqh disebut  dengan al-bai' Yang secara etimologis dapat diartikan dengan (tukar menukar) atau (menukar  sesuatu  dengan  sesuatu  yang  lain). Lafadz Al-ba’I dalam  bahasa  Arab tekadang digunakan  untuk  pengertian  lawannya,  yaitu  kata asy-syira (beli) Dengan demikian kata al-bai' berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli. Secara konseptual,  murabahah  sebagai  salah  satu  bentuk  jual beli, sangat banyak dibicarakan  oleh  kalangan ulama fiqh terkemuka dan  secara operasional  dia  merupakan  salah satu  produk  perbankan  Islam  diantara produk - produk yang lain.
Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli barang yang di kembangkan oleh perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, murabahah mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Murabahah juga memberi banyak manfaat kepada Bank islam/Bank syariah, salah satunya adalah  adanya keuntungan yang muncuk dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari akad murabahah ?
2.      Apa landasan hukum akad murabahah ?
3.      Apa rukun dan syarat akad murabahah ?
4.      Apa jenis- jenis akad murabahah ?
5.      Bagaiman aplikasi didalam bank syari’ah ?
6.      Bagaimana mekanisme bank syari’ah ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mahasiswa dapat mejelaskan pengertian dari akad murabahah
2.      Mahasiswa dapat mejelaskan landasan hukum akad murabahah
3.      Mahasiswa dapat mejelaskan rukun dan syarat akad murabahah
4.      Mahasiswa dapat mejelaskan jenis- jenis akad murabahah
5.      Mahasiswa dapat mejelaskan aplikasi didalam bank syari’ah
6.      Mahasiswa dapat mejelaskan mekanisme bank syari’ah


























BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Akad Murabahah
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu (الرِبْحُ), masda dari rabaha – yurabiha – murabahatan yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya. . sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah adalah:

بَيْعٌ بِمِثلِ الثمَنِ الأوَّلِ مَعَ زِيَادَةِ رِبْحٍ مَعلُوْمٍ

Yaitu jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan (Azzuhaili, 1997., hal. 3765). Definisi ini adalah definisi yang disepakati oleh para ahli fiqh, walaupun ungkapan yang digunakan berbeda-beda.

Menurut Para ahli hukum Islam  mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :
1.      Ulama Hanafiyah  mendefinisikan, murabahah adalah memindahkannya hak milik seseorang kepada orang lain sesuai dengan transaksi dan harga awal yang dilakukan pemilik awal ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.
2.      Ulama Syafi’iyah dan Hanabillah berpendapat, murabahah adalah jual beli yang dilakukan seseorang dengan mendasarkan pada harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat harus sepengetahuan kedua belah pihak
3.      Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok) beserta tambahan keuntungan.
4.      Ibn Rusyd --filosof dan ahli hukum Maliki-- mendefinisikannya sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.

Dengan kata lain, jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan. Tentang “keuntungan yang disepakati”, penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

B.     Landasan Hukum
Landasan hukum akad murabahah ini adalah:

1.      Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah firman Allah:

وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275).

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan murabahahmerupakan salah satu bentuk dari jual beli.

Dan firman Allah:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa:29).

Dan firman Allah:

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu” (QS. Al-Baqarah:198)

Berdasarkan ayat diatas, maka murabahah merupakan upaya mencari rezki melalui jual beli. Murabahah menurut adalah jual beli berdasarkan suka sama suka antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

2.      Assunnah

1)      Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam: “Pendapatan yang paling afdhal (utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad Al Bazzar Ath Thabrani).
2)      Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:

أَنَّ النَّبِي صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ثَلاَثٌ فِيْهِنَّ البَرَكَة: البَيْعُ إِلىَ أَجَلٍ, وَالمُقـَارَضَة, وَ خَلْطُ البُرّ بِالشَّعِيْرِ لِلْبَيْتِ لاَ لِلْبَيْعِ. (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه)

”Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).
3)      Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam akan hijrah, Abu BakarRadhiyallahu 'Anhu, membeli dua ekor keledai, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam berkata kepadanya, "jual kepada saya salah satunya", Abu BakarRadhiyallahu 'Anhu menjawab, "salah satunya jadi milik anda tanpa ada kompensasi apapun", Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda, "kalau tanpa ada harga saya tidak mau".
4)      Sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, menyebutkan bahwa boleh melakukan jual beli dengan mengambil keuntungan satu dirham atau dua dirham untuk setiap sepuluh dirham harga pokok (Azzuhaili, 1997, hal 3766).
5)      Selain itu, transaksi dengan menggunakan akad jual beli murabahah ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak dalam kehidupan. Banyak manfaat yang dihasilkan, baik bagi yang berprofesi sebagai pedagang maupun bukan.

Point Penring yang menghubungkan antara hadist ini dan akad murabahah adalah bahwa hadits tersebut didapatkan informasi tersirat tentang keniscayaan jual beli yang dilakukan dengan menyebut harga pokoknya.

3.      Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200.).

4.      Kaidah Fiqh, yang menyatakan:

الأَصْلُ فِِى المُعَامَلاَتِ الإِبَاحَة ُ إِلا َّ أَنْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ عَلىَ تَحْرِيْمِهَا

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

5.      Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
1)      Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah,
2)      Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah,
3)      Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah.
4)      Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran, dan
5)      Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.

Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia, seperti tentang kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI). Sesuai UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank Syari’ah adalah Bank Indonesia.

C.    Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun murabahah adalah:
1.    Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu:
Ø  Penjual
Ø  Pembeli

2.      Obyek yang diakadkan, yang mencakup:
Ø  Barang yang diperjualbelikan
Ø  Harga

3.      Akad/Sighat yang terdiri dari:
Ø  Ijab (serah)
Ø  Qabul (terima)

4.      Harga yang disepakati

Selanjutnya masing-masing rukun diatas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Pihak yang berakad, harus:
Ø  Cakap hukum.
Ø  Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan atau ancaman.

2.      Obyek yang diperjualbelikan harus:
Ø  Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang.
Ø  Memberikan manfaat atau sesuatu yang bermanfaat.
Ø  Penyerahan obyek murabahah dari penjual kepada pembeli dapat dilakukan.
Ø  Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad.
Ø  Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.

3.      Akad/Sighat
Ø  Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
Ø  Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
Ø  Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.

Selain itu ada beberapa syarat-syarat sahnya jual beli murabahah adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Harga pokok
Harga beli awal (harga pokok) harus diketahui oleh pembeli kedua, karena mengetahui harga merupakan salah satu syarat sahnya jual beli yang menggunakan prinsip murabahahMengetahui harga merupakan syarat sahnya akad jual beli, dan mayoritas ahli fiqh menekankan pentingnya syarat ini. Bila harga pokok tidak diketahui oleh pembeli maka akad jual beli menjadi fasid (tidak sah) (Al-Kasany, hal.3193). Pada praktek perbankan syariah, Bank dapat menunjukkan bukti pembelian obyek jual belimurabahah kepada nasabah, sehingga dengan bukti pembelian tersebut nasabah mengetahui harga pokok Bank.

2.      Mengetahui Keuntungan
Keuntungan seharusnya juga diketahui karena ia merupakan bagian dari harga. Keuntungan atau dalam praktek perbankan syariah sering disebut dengan marginmurabahah dapat dimusyawarahkan antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, sehingga kedua belah pihak, terutama nasabah dapat mengetahui keuntungan bank.

3.      Harga pokok dapat dihitung dan diukur.
Harga pokok harus dapat diukur, baik menggunakan takaran, timbangan ataupun hitungan. Ini merupakan syarat murabahah. Harga bisa menggunakan ukuran awal, ataupun dengan ukuran yang berbeda, yang penting bisa diukur dan di ketahui.

4.      Jual beli murabahah tidak bercampur dengan transaksi yang mengandung riba.

5.      Akad jual beli pertama harus sah.
Bila akad pertama tidak sah maka jual beli murabahah tidak boleh dilaksanakan. Karena murabahah adalah jual beli dengan harga pokok ditambah keuntungan, kalau jual beli pertama tidak sah maka jual beli murabahah selanjutnya juga tidak sah (Azzuhaily, hal. 3767-3770).

D.    Jenis – Jenis Akad Murabahah
Murabahah pada prinsipnya adalah jual beli dengan keuntungan, hal ini bersifat dan berlaku umum pada jual beli barang-barang yang memenuhi syarat jual belimurabahah. Dalam prakteknya pembiayaan murabahah yang diterapkan Bank Bukopin Syariah terbagi kepada 3 jenis, sesuai dengan peruntukannya, yaitu:
a)     Murabahah Modal Kerja (MMK), yang diperuntukkan untuk pembelian barang-barang yang akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasi sehari-hari. Penerapan murabahah untuk modal kerja membutuhkan kehati-hatian, terutama bila obyek yang akan diperjualbelikan terdiri dari banyak jenis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam menentukan harga pokok masing-masing barang.
b)    Murabahah Investasi (MI), adalah pembiayaan jangka menengah atau panjang yang tujuannya untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk rehabilitasi, perluasan, atau pembuatan proyek baru.
c)     Murabahah Konsumsi (MK), adalah pembiayaan perorangan untuk tujuan nonbisnis, termasuk pembiayaan pemilikan rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan untuk membiayai pembelian barang konsumsi dan barang tahan lama lainnya. Jaminan yang digunakan biasanya berujud obyek yang dibiayai, tanah dan bangunan tempat tinggal.

Al-Bai’ Naqdan wal Murabahah Muajjal, bayar cicilan. Dalam praktek yang dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah murabahah berdasarkan pesanan, sifatnya mengikat dengan pembayaran tangguh. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

E.     Aplikasi Murabahah dalam Perbankan Syariah
Pada perbankan syari’ah murabahah banyak digunakan untuk pembiayaan. Alasan banyaknya digunakan murabahah ini pada perbankan syari’ah diantaranya :
1.      Suatu mekanisme investasi jangka pendek dan sistem ini cukup memudahkannya.
2.      Margin dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank yang berbasis Bungan yang menjadi saingannya.
3.      Menjauhkan ketidakpastian dari pendapatan bisnis.
4.      Murabahah tidak memungkinkan bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena pada pembiayaan murabahah konsep yang dikembangkan bukan konsep mitra, melainkan hubungan antara kreditor dan debitor.

Di perbankan syari’ah Indonesia, praktek akad murabahah didasarkan pada fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000. Secara umum fatwa tersebut memberikan arahan baik kepada perbankan atau kepada nasabah. Berikut ketentuannya fatwa terhadap bank:
1.      Bank dan nasabah melakukan akad murabahah yang bebas riba dan bukan barang haram.
2.      Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
3.      Bank membeli barang tersebut atas nama bank sendiri.
4.      Bank menjual brang kepada nasabah dengan harga beli ditambah dengan keuntungan yang diinginkan dan disepakati kedua belah pihak
5.      Nasabah membayar harga barang tersebut dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
6.      Untuk menghindari terjadinya kecurangan penyalahgunaan atau kerusakan bank dapat mengadakan perjanjian khusus.
7.      Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan untuk nasabah.

Ketentuan praktek murabahah terhadap nasabah:
1.      Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepad bank.
2.      Bank dibolehkan meminta uang muka kepada nasabah.
3.      Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah.
4.      Nasabah harus menyelesaikan hutangnya kepada bank.
5.      Bank harus memberikan toleransi kepada nasabah.

F.    Mekanisme Penentuan Marjin Dalam Bank Syariah
Secara teknis, yang dimaksud marjin keuntungan adalah peresentase tertentu yang diterapkan per tahun perhitungan marjin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.
1.      Referensi Marjin Keuntungan
Yang dimaksud dengan Referensi Marjin Keuntungan adalah marjin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank syariah. Penetapan marjin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO Bank Syariah, dengan mempergunakan beberapa hal sebagai berikut :
1)      Direct Compotiter’s Market Rate (DCMR), ialah tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah.
2)      Indirct Competitor’s Market Rate (ICMR), ialah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional.
3)      Expected Competitive Return for Investors (ECRI), target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.
4)      Acquiring Cost, biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terikat dengan upaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terikat dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga
5)      Overhead Cost, biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terikat dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

2.      Penetapan Harga Jual 
Setelah memperoleh referensi marjin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga jual/harga pokok/harga perlehan bank dan marjin keuntungan.

3.      Pengakuan Angsuran Harga Jual
Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu :
1)      Metode marjin keuntungan menurun (sliding) ialah perhitungan marjin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok yang dibayar nasabah setiap bulan menurun.
2)      Marjin keuntungan rata-rata ialah marjin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran dibayar nasabah tetap setiap bulan.
3)      Marjin keuntungan flat ialah perhitungan marjin keuntungan terhadap nialai harga pokok pembiayaaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.
4)      Marjin keuntungan annuitas ialah marjin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Yakni suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan marjin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan marjin keuntungan yang semakin menurun.

4.      Persyaratan untuk perhitungan marjin keuntungan
Marjin keuntungan = f (plafond) hanya bisa dihitung apabila komponen-komponen yang dibawah ini :
1)      Jenis perhitungan marjin keuntungan.
2)      Plafond pembiayaan sesuai jenis.
3)      Jangka waktu pembayaran.
4)      Tingkan marjin keuntungan pembiayaan.
5)      Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun marjin keuntungan). Tanggal jatuh tempo tagihan merupakan tanggal yang tidak termasuk dalam perhitungan dari marjin keuntungan.
Contoh-Contoh Perhitungan Marjin Keuntungan
Marjin keuntungan menurun
1.      Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100.000.000.00
2.      Jangka waktu pembiayaan 1 tahun
3.      Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%
Maka  jadwal angsuran pembiayaan sebagai berikut :
-        Angsuran harga pokok per bulan, APPB = (PLFN/12) = 8,333,333,33
-         Pencairan 10-10-2010 sejumlah Rp. 100,000,000.00

No.
Tanggal
Pokok
Marjin Keuntungan
1.
10-11-2010
APPB
(PLFN-(No-1) APPB) MRJ)/12
2.
10-12-2010
APPB
(PLFN-(No-1) APPB) MRJ)/12
3
10-01-2011
APPB
(PLFN-(No-1) APPB) MRJ)/12
12.
10-11-2011
APPB
(PLFN-(No-1) APPB) MRJ)/12

Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka :
APPB = Pokok = 8,333,333.33
((PLFN-(No-1) APBB) MRJ)/12 = Marjin euntungan =
((100,000,000-(2-1) 8,333,333.33)0,16/12 = Rp. 1,222,222.22
Angsuran (2)
Angsuran harga pokok =               Rp. 8,333,333.33
Angsuran marjin keuntungan=      Rp. 1,222,222.22
Rp. 9,555,555.55
Angsuran (5)
APPB = Pokok = 8,333,333.33
(100,000,000-((5-1) 8,333,333.33) 0,16)/12 = Rp. 888,888.88
Angsuran harga pokok =               Rp. 8,333,333.33
Angsuran marjin keuntungan=      Rp.    888,888.88
Rp. 9,222,222.22








BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan
Murabahah adalah suatu jenis pembiayaan yang termasuk dalam kategori penjualan dengan pembayaran tunda. Meskipun tidak didasarkan pada teks al-Quran dan Sunnah, namun dalam kajian fiqh Islam jenis transaksi ini dapat dibenarkan. Bank-bank Islam telah menggunakan kontrak murabahah dalam kativitas pembiayaan mereka dimana barang-barang dilibatkan dan bank telah memperluas cakupan dan tingkat penggunaannya.
Pembiayaan murabahah dan harga kreditnya yang lebih tinggi jelas menunjukkan bahwa ada nilai waktu dalam pembiayaan berbasis murabahah yang mendorong, meski secara tidak langsung, kepada pengakuan nilai waktu pada uang. Gampang sekali dilupakan bahwa mengakui nilai waktu pada uang secara logika menggiring kepada pengakuan terhadap bunga. Dengan mengakui nilai waktu dalam transaksi-transaksi murabahah dan kemudian penolakan hal yang sama dalam transaksi-transaksi finansial, tampak sebagai sikap yang tidak konsisten dan tidak logis.
Bentuk khusus kontrak keuangan yang sedang dikembangkan untuk menggantikan sistem bunga dan transaksi keuangan adalah mekanisme bagi hasil merupakan core product bagi bisnis syariah sebab bisnis syariah secara eklisit melarang penerapan tingkat bunga pada semua transaksi keuangannya bentuk bisnis yang berdasarkan syariah dapat dikembangkan dengan mengacu pada konsep syariah yaitu murabahah.
Murabahah sebagai sebuah kegiatan kerjasama ekonomi antara dua pihak mempunyai bebrapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam rangka meningkat jalinan kerja sama dimana bank membiayai pembelian yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan murabahah ini mirif dengan kredit modal kerja pada bank konvensional, karena itu jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari satu tahun dan seringnya untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif seperti rumah, tanah, toko, mobil, motor dan sebagainya
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini kami mengharap kepada masyarakat khususnya kepada pejabat pemerintahan yang mengatur perekonomian Indonesia untuk melakukan penerapan teori ekonomi yang berbasis syariah agar keberkahan mudah diperoleh oleh Negara kita ini. Para pelajar teruslah menggali pengetahuan dan bersikap empati terhadap Negara kita, khususnya dibidang perekonomian.


DAFTAR PUSTAKA


Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasi dalam Lembaga Keuangan Syari’ah. Yoqyakarta. Logung Pustaka.
Hakim, Lukman. 2012. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Pontianak. STAIN Pontianak Press.
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta Salemba Empat.
http://muhammadsutrisna.blogspot.co.id/2014/01/makalah-murabahah-copyrightby-vicka.html.
http://royanmakalah.blogspot.co.id/2014/04/murabahah.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERANAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Pengaruh Pengetahuan, Religiusitas, dan Promosi Perusahaan terhadap Minat Menabung di Perbankan Syariah (Studi Kasus Mahasiswa Muslim Kota Pontianak)

Makalah Pasar dan Harga dalam Ekonomi Islam